hay salam kenal dariku ya.
ini postingan pertamaku :)
kali ini aku akan mencoba berbagi ilmu kepada kalian semua
aku masih siswi SMP kelas 8
·
Macam-Macam
Zat Aditif
Berdasarkan
bahannya, kita dapat membedakan zat aditif menjadi dua jenis, yaitu:
1. Zat Aditif Alami
merupakan
zat aditif yang bisa diperoleh dari alam, seperti daun salam, daun pandan,
kunyit, jahe, gula aren, dan asam.
2. Zat Aditif Sintetis (Buatan)
merupakan
zat yang dibuat dengan serangkaian proses kimia. Zat yang diperoleh dari proses
kimia ini jika dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan efek yang negatif
terhadap kesehatan tubuh. Beberapa bahan makanan yang termasuk ke dalam zat
aditif sintetis diantaranya formalin, Monosodium Glutamat (MSG), formalin, dan
sakarin.
Biasanya,
zat aditif sintetis lebih berbahaya bagi kesehatan jika dibandingkan dengan zat
aditif alami. Karena pada proses pembuatan zat aditif sintetis memerlukan
serangkaian proses kimia yang terkadang mengalami proses kimia yang tidak
sempurna sehingga dapat memberikan dampak negatif terhadap tubuh konsumen.
Beberapa
fungsi zat aditif yang ditambahkan pada makanan di antaranya:
1.
Meningkatkan kandungan gizi pada
makanan.
2.
Menjaga kualitas dan tekstur makanan
sehingga tetap terlihat segar.
3.
Menjaga agar makanan dapat tahan
lama.
4.
Memberikan warna pada bahan makanan
sehingga terlihat menarik.
5.
Memberikan rasa sedap pada makanan.
6.
Memberikan aroma yang khas pada
makanan.
Zat Aditif Dalam Makanan
A. Pengertian Zat Aditif Makanan
Zat aditif makanan adalah zat yang ditambahkan dan dicampurkan pada waktu
pengolahan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat
pengolahan, pengemasan, atau sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai.
B. Fungsi zat aditif makanan
(1)
Memperbaiki kualitas atau gizi
makanan,
(2)
Memperbaiki tampilan makanan,
membuat makanan tampak lebih menarik,
(3)
Meningkatkan cita rasa makanan,
(4)
Membuat makanan
menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk.
C. Pengelompokan Zat Aditif berdasarkan
Cara Memperoleh
(1)
Zat aditif yang berasal dari sumber
alami, seperti lesitin dan asam sitrat,
(2)
Zat aditif
sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang
sejenis, baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan
asam askorbat.
D. Pengelompokan Zat Aditif berdasarkan
Fungsi
1. Zat Pewarna
digunakan agar makanan
terlihat lebih segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk
memakannya.
a) Zat pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu,
misalnya warna hijau dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit,
warna cokelat dari buah cokelat, warna merah dari daun jati, dan warna kuning
merah dari wortel.
b) Zat pewarna sintetis, dibuat dari bahan-bahan kimia. Dibandingkan dengan
pewarna alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki
pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama. Zat
pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan minuman (pewarna tekstil) dapat
membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh karena bersifat karsinogen
(penyebab penyakit kanker).
Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi
dyedan lake. Dye merupakan zat pewarna makanan yang umumnya bersifat larut
dalam air. Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta
atau cairan. Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang
dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka
zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai produk-produk yang tidak boleh
terkena air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.
Pewarna
tambahan, baik alami maupun buatan, digunakan dalam industri makanan karena
berbagai alasan, di antaranya untuk:
- mengimbangi pemudaran warna
karena paparan cahaya, udara, perubahan suhu dan kelembaban
- memperbaiki variasi warna
- menguatkan warna yang terjadi
secara alami
- mewarnai bahan makanan yang tak
berwarna
- membuat makanan lebih menarik
sehingga mengundang selera
2. Zat pemanis
kita
dapat membedakan, zat pemanis :
Zat
Pemanis, berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman.
a) Zat pemanis alami, diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren
ataupun pada buah-buahan dan madu, berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika
kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami risiko
kegemukan.
b) Zat pemanis buatan atau sintetis, tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga
tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orang-orang yang
memiliki penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengonsumsi pemanis
sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Pemanis buatan memiliki tingkat
kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami.
Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat,
kalsium siklamat, aspartam dan dulsin. Penggunaan sakarin yang berlebihan
selain akan menyebabkan rasa makanan terasa pahit juga merangsang terjadinya
tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam siklamat pada proses
metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina yang bersifat
karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat
juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem pencernaan
terutama pada pembentukan zat dalam sel.
Pengaruh
zat pemanis :
• Memperbaiki penampilan produk
• Kondisi bahan-bahan yang tidak stabil / tahan lama
• Menekan ongkos produksi
3. Zat pengawet
kita dapat membedakan, zat pengawet:
Zat Pengawet, sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan
minuman agar makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak
berubah, atau melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena
bakteri/jamur.
a) Zat pengawet alami, berasal dari alam, contohnya gula
(sukrosa) yang dapat dipakai untuk mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam
dapur yang dapat digunakan untuk mengawetkan ikan.
b) Zat pengawet sintetis atau buatan, merupakan hasil
sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai
pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium propionat dipakai untuk
mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat, dan asam
tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan.
Zat pengawet lainnya yaitu natrium nitrat atau sendawa
(NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah.Asam
fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga termasuk zat
pengawet. Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan makanan, seperti bakso,
ikan asin, tahu, dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan.
Ada juga boraks, Pengawet ini bersifat desinfektan atau efektif dalam
menghambat pertumbuhan mikroba penyebab membusuknya makanan serta dapat
memperbaiki tekstur makanan sehingga lebih kenyal dan hanya boleh dipergunakan
untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri kertas,
pengawet kayu, dan keramik. Boraks dapat menimbulkan gangguan pada sistem
saraf, ginjal, hati, dan kulit; gejala pendarahan di lambung dan gangguan
stimulasi saraf pusat; terjadinya komplikasi pada otak dan hati; menyebabkan
kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.
Pengawet buatan.
Dampak Negatif Bahan Pengawet
Peredaran bahan pengawet saat
ini sangat tak terkendali, terlebih bahan pengawet yang bernama formalin dan
borak. Banyaknya masyarakat yang tidak tahu akan dampak negatif dari
bahan-bahan tersebut menambah leluasanya barang itu bredar disekitar kita. Terlebih
tidak adanya lagi pengawasan yang ketat. Disini akan saya terangkan sedikit
tentang dampak atau efek bagi kesehatan manusia bila mengkonsumsi produk pangan
yang tercemar oleh formalin atau bahan pengawet bahan makanan lainnya.
Efek akut berupa tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual,
muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit
kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma.
Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas,
sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.
Efek kronis berupa timbul iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan
kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa
gatal di dada. Bila dikonsumsi menahun dapat menyebabkan kanker.
4. Zat penyedap rasa
kita dapat membedakan, zat penyedap rasa:
a a)
Zat penyedap cita rasa yang berasal
dari alam, misalnya: daun pandan, daun salam, daun jeruk untuk pewangi.
Potongan-potongan tulang untuk rasa daging. Sari buah memiliki rasa buah.
b) Zat penyedap cita rasa yang berasal dari hasil sintesis:
(a) Oktil asetat,
makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat
penyedap ini
(b) Etil butirat,
akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada makanan
(c) Amil asetat, akan
memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;
(d) Amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka
akan terasa dan beraroma seperti buah apel.
Penyedap sintetik yang sangat populer di masyarakat adalah vetsin atau MSG
(mononatrium glutamat). Di pasaran, senyawa tersebut dikenal dengan beragam
merek dagang, misalnya Ajinomoto, Miwon, Sasa, Royco, Maggi, dan lain
sebagainya. MSG merupakan garam natrium dari asam glutamat yang secara alami
terdapat dalam protein nabati maupun hewani. Daging, susu, ikan, dan
kacangkacangan mengandung sekitar 20% asam glutamat. Oleh karena itu, tidak
mengherankan bila kita mengkonsumsi makanan yang mengandung asam glutamat akan
terasa lezat dan gurih meski tanpa bumbu-bumbu lain. Keunikan dari MSG adalah
bahwa meskipun tidak mempunyai cita rasa, tetapi dapat membangkitkan cita rasa
komponen-komponen lain yang terkandung dalam bahan makanan. Sifat yang semacam
itu disebut dengan taste enhancer (penegas rasa).
Suatu zat aditif dapat saja memiliki
lebih dari satu fungsi. Seringkali suatu zat aditif, khususnya yang bersifat
alami memiliki lebih dari satu fungsi. Contohnya, gula alami biasa dipakai
sebagai zat aditif pada pembuatan daging dendeng. Gula alami tersebut tidak
hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga berfungsi sebagai pengawet. Contoh
lain adalah daun pandan yang dapat berfungsi sebagai pemberi warna pada makanan
sekaligus memberikan rasa dan aroma khas pada makanan.
tentang penulis
Anzil Alaina